Penelitian Makam Godog

 PENELITIAN MAKAM GODOG

A.    Sejarah Makam Godog

Makam Godog terletak di Kampung Godog, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan. Berada pada Koordinat: 07O 15’ 083” LS, 107O 57’ 258” BT. Sunan Godog atau Kanjeng Sunan Rahmat Suci atau Kian Santang adalah penyebar agam Islam pada akhir abad ke-15 sampai awal abad ke-16 di daerah Timbanganten, yang sekarang wilayah Kecamatan Samarang, Tarogong, Kadungora, Leles.

Makam Godog merupakan makam keramat periode Islam berjumlah 9 (sembilan) makam, terdiri dari 1 (satu) makam Sunan Godog dan 8 (delapan) makam para pengiringnya, makam tersebut terletak berurutan dimulai dari pengiring pertama sampai ke delapan. Ukuran Makam Godog kurang lebih 2m x 1m. Makam pertama berada di dalam bangunan berdenah empat persegi panjang dengan p x 1m beratap, berdinding tembok dan berpintu kayu. Di samping ruangan kanannya terdapat ruangan tempat menyimpan gundukan tanah keramat yang pernah di bawa oleh Sunan Godog dari tanah suci Mekkah.

Dilingkungan sekitar makam terdapat bangunan lain tempat berbagai kegiatan, tempat menginap para ziarah atau istirahat para pengunjung

Menurut tradisi lisan yang berkembang didaerah Garut, Sunan Godog dipercaya sebagai tokoh salah seorang anak Prabu Siliwangi dari Nyai Putri Subanglarang yang beragama Hindu menurut cerita tradisi Islam.

Kemudian diceritakan ketika Kian Santang pergi ke Mekkah bertemu dengan jin dan Sayyidina Ali, jin itu berwujud kakek-kakek. Penyebab adanya agama Hindu dan Budha di Pajajaran, orang-orang meminta pertolongan kepada dukun atau para normal sepajajaran.

Pada zaman Hindu dan Budha tidak akan adanya Islam jika tanpa adanya perjuangan, Kian Santang merupakan salah satu sosok yang memperjuangkan dan menyebarkan Islam. Kian Santang mempunyai religi tinggi sehingga dia mengislamkan orang lain yang tidak mengaku beragama Islam.

Kian Santang ketika berada di Mekkah selama 2 tahun tidak mau pulang, tetapi rasul menyuruhnya untuk pulang, karena jika Kian Santang bertetap di Mekkah, siapa yang akan meneruskan menyebarkan agama Islam. Kemudian diceritakan bahwa para wali mendiami tempat tidak berkerumun tidak hanya di satu tempat, tetapi beda-beda tempat. Ketika Kian Santang disuruh untuk pulang dari Mekkah, Kian Santang disuruh memilih antara Gunung Ciremai, Gunung Tasik, dan Gunung Suci.

Kian Santang atau Sunan Godog ketika kembali dari tanah suci Mekkah membawa sewadah tanah. Sepanjang perjalanan menelusuri daerah-daerah di Indonesia, tanah tersebut berceceran. Pada setiap tempat ketika tanah itu bercecran pada masa kemudian menjadi tempat lahirnya para wali. Pada saat menuju Gunung Suci, tanah yang dibawanya jatuh dan pada waktu itu Kian Santang menancapkan tongkat, lalu tongkat itu digoyangkan atau di gedog, dari sinilah nama Godog lahir, Sunan Rahmat Suci atau Kian Santang pun terkenal sebagai Sunan Godog.  

Prabu Kian Santang pun melakukan kegiatan seperti syahadatan, sholawatan, beliau juga mendirikan pesantren dan masjid, sehingga banyaklah orang yang berziarah ke Makam Godog tersebut.

B.    Silsilah Prabu Kian Santang

Berawal dari  seorang Prabu Lingga Buana dan istrinya bernama Dewi Lingsing, lalu Wastu Kencana mempunyai dua istri yaitu Ratnasari dan Mayangsari Bunisola. Mayangsari Bunisola mempunyai anak empat yang bernama Susuk Tunggal, Dewa Naskala, Kie Gede Kasih dan Kie Gede Tapa.

Dewa Naskala menikah dengan Naya Andarwatiritna, dari pernikahan tersebut mempunyai anak yaitu Raden Pamanah Rasa atau Prabu Siliwangi atau Prabu Anom Jaya Dewata. Lalu Prabu Siliwangi mempunyai istri tiga, Ahmadkasih, Centring Manik Wayang Sunda dan Subanglarang. Dari Subanglarang mempunyai anak tiga yaitu, Kian Santang, Larasantang dan Walasungsang.

Kian Santang berada di Godog Sunan Rahmat Suci, Nyi Larasantang berada di Cirebon, dan Walasungsang berada di Cirebon Girang. Kian Santang lahir pada hari senin, tahun 1315 M.

Juru kunci pun bilang bahwa Indonesia sama Mekkah itu sama satu nasab, karena salah satu putra dari Kian Santang menetap di Mekkah.

C.    Tata Cara Berziarah ke-Makam Godog

            Adapun tata cara berziarah ke Makam Godog yaitu:

1.     Harus bersih dari hadast besar dan kecil.

2.     Harus berpakaian sopan menurut agama Islam.

3.     Harus lapor/izin ke pengurus makam/juru kunci.

4.     Jangan melangkahi atau duduk diatas kuburan.

5.     Mengucapkan salam kepada ahli kubur yang di ziarahi.

6.     Tawasul, tahlil, dan membaca do’a.

7.     Jangan meminta selain kepada Allah SWT.

8.     Wada’ sebelum keluar dari makam yang di ziarahi

9.     Bagi yang i’tikap/ menginap hanya di izinkan selama 3 hari 3 malam, dan harus menyerahkan KTP, atau identitas lainnya kepada petugas piket Makam Godog.

10.  Dilarang mengambil video atau dokumentasi secara langsung tanpa seizin pengurus.

D.    Peran Masyarakat Terhadap Pelestarian Makam Godog

Peran masyarakat terhadap Makam Godog Prabu Kian Santang sangat penting dalam menjaga keberlangsungan nilai sejarah, spiritualitas, dan budaya yang melekat pada situs tersebut. Berikut adalah beberapa peran masyarakat terhadap Makam Godog:

1.     Pelestarian Fisik dan Lingkungan

Masyarakat setempat berperan aktif dalam menjaga kebersihan dan kelestarian fisik makam, termasuk:

·       Membersihkan Area Makam, Gotong royong untuk membersihkan makam dan lingkungan sekitarnya secara rutin.

·       Perawatan Sarana dan Prasarana, Merawat fasilitas seperti jalan menuju makam, tempat berdoa, dan infrastruktur pendukung lainnya.

·       Konservasi Lingkungan, Menjaga vegetasi sekitar makam agar tetap asri dan mendukung suasana sakral.

2.     Pelestarian Tradisi Budaya

·       Tradisi Ziarah, Masyarakat memfasilitasi kegiatan ziarah, baik secara pribadi maupun melalui acara kolektif seperti doa bersama dan pengajian.

·       Hari Peringatan Khusus, Mengadakan acara budaya atau religius seperti peringatan hari-hari besar Islam atau haul Prabu Kian Santang untuk menjaga tradisi leluhur.

·       Penyampaian Legenda dan Cerita, Tokoh masyarakat dan penjaga makam berperan menyampaikan sejarah dan cerita Prabu Kian Santang kepada pengunjung, terutama generasi muda, untuk melestarikan narasi sejarah dan keagamaan yang terkait dengan makam.

3.     Pengelolaan Makam sebagai Destinasi Wisata Religi

Makam Godog tidak hanya menjadi situs ziarah, tetapi juga destinasi wisata religi. Masyarakat setempat berperan dalam:

·       Pemandu Ziarah, Memandu peziarah dan wisatawan untuk mengenal sejarah dan nilai spiritual makam.

·       Pengelolaan Tiket dan Fasilitas, Bersama pemerintah atau lembaga adat, masyarakat mengelola tiket masuk, area parkir, serta fasilitas pendukung seperti toilet dan warung makan.

·       Promosi Pariwisata, Membantu mempromosikan Makam Godog melalui berbagai media, termasuk media sosial dan kegiatan budaya lokal.

4.     Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Makam Godog juga memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat melalui:

·       Penjualan Oleh-Oleh dan Kuliner Lokal, Warga setempat menjual makanan khas dan cenderamata kepada peziarah dan wisatawan.

·       Penyediaan Jasa Lokal, Termasuk jasa transportasi menuju makam, pemandu wisata, dan tempat penginapan sederhana.

·       Kegiatan Ekonomi Mikro, Mendukung pengelolaan kegiatan ekonomi berbasis masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan lokal.

5.     Penjagaan Nilai Spiritual dan Keagamaan

·       Tempat Pembelajaran Keagamaan, Masyarakat sering menjadikan Makam Godog sebagai tempat pengajaran nilai-nilai Islam, terutama melalui kegiatan pengajian dan tadarus.

·       Pusat Refleksi Spiritual, Masyarakat menjaga suasana sakral makam agar tetap kondusif untuk kegiatan ibadah dan spiritual.

·       Penghormatan Adat, Memastikan bahwa kegiatan di sekitar makam dilakukan sesuai norma adat dan agama.

6.     Kolaborasi dengan Pemerintah dan Pihak Lain

·       Program Pelestarian Budaya, Bekerja sama dengan instansi pemerintah untuk menjaga keaslian situs sebagai bagian dari warisan budaya.

·       Penelitian dan Dokumentasi, Membantu para peneliti atau sejarawan dalam mengumpulkan data tentang Makam Godog dan Prabu Kian Santang.

·       Partisipasi dalam Pengelolaan, Ikut serta dalam program pemerintah atau organisasi yang bertujuan meningkatkan nilai wisata dan sejarah makam.

E.    Sesi Tanya Jawab bersama Juru Kunci Makam Godog

1.     Apa kegiatan yang dilakukan warga sekitar di makam godog ?

Jawaban : janda atau orang tua membersihkan lingkungan makam seperti menyapu. Sedangkan Juru kunci tugasnya mendampingi & memimpin tawassulan.

2.     Apakah makam tersebut berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar?

Jawaban : sangat berpengaruh disekitar sini banyak yang tercukupi hidupnya. Seperti tukang ojek, warung, juru kunci.

3.     Bagaimana tata cara berjiarah ke makam tersebut ?

Jawaban : daftar terlebih dahulu, berwudhu & memberi pertanyaan kepada pengunjung ingin di dampingi atau tidak.

4.     Untuk menjadi juru kunci apakah dipilih ?

Jawaban : menjadi juru kunci harus dari keturunan atau turun temurun.

5.     Apakah menjadi juru kunci mendapatkan konpensasi ?

Jawaban : Tergantung rezeki/kasih sayang orang yang datang, tidak ada tarif karna ini shodaqoh memberi ilmu.

6.     Orang yang biasa berjiarah dari mana saja ?

Jawaban : jakarta, tanggerang, pekalongan, malaysia, brunei, medan, madura, yogya, sampang & kalimantan. Apalagi dari jawa barat sangat banyak yang berkunjung.


Komentar

Postingan Populer