ANGKATAN SASTRAWAN INDONESIA
ANGKATAN SASTRAWAN INDONESIA
Apa sih itu Sastra?
Sastra adalah ungkapan ekspresi manusia berupa karya tulis atau lisan berdasarkan pemikiran, pendapat, pengalaman, hingga perasaan. Semuanya itu diwujudkan dalam bentuk imajinatif, cermin kenyataan, atau data asli yang dibalut dalam kemasan estetis melalui media bahasa
A. Pengertian Angkatan Sastrawan Indonesia
Angkatan sastrawan Indonesia adalah sekelompok penulis yang hidup dan berkarya pada periode tertentu dengan ciri khas tematik, gaya, serta respons terhadap keadaan sosial-politik pada zamannya. Mereka memainkan peran penting dalam menggambarkan dan memengaruhi perkembangan budaya dan pemikiran di Indonesia.
Sastra Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan beragam. Seiring dengan perubahan zaman, perkembangan sosial, budaya, dan politik di Indonesia, lahir berbagai angkatan sastrawan yang membawa warna dan gaya masing-masing dalam kesastraan. Dalam makalah ini, kita akan membahas beberapa angkatan sastrawan Indonesia yang terkenal, serta karakteristik karya mereka.
B. Sejarah Singkat Perkembangan Sastra Indonesia
Perkembangan sastra Indonesia dimulai dari era pra-kemerdekaan, ketika sastra didominasi oleh karya-karya yang diterbitkan oleh pemerintah kolonial Belanda melalui Balai Pustaka, hingga pasca-kemerdekaan, dimana para sastrawan mulai mengekspresikan semangat nasionalisme dan kebebasan melalui karya mereka.
C. Angakatan-angkatan
Satrawan di Indonesia
1.
Angkatan
Balai Pustaka (1920-an)
Angkatan Balai Pustaka lahir pada awal abad ke-20 dengan berdirinya
Balai Pustaka sebagai penerbit pemerintah Hindia Belanda. Sastrawan pada
angkatan ini, seperti Marah Rusli (Siti Nurbaya), Abdul Muis (Salah Asuhan),
dan Nur Sutan Iskandar (Hulubalang Raja), sering kali menulis karya yang
dipengaruhi oleh kolonialisme, adat-istiadat, dan modernisasi. Tema yang
diusung biasanya berfokus pada konflik antara adat dengan perubahan zaman,
khususnya yang dipengaruhi oleh pendidikan Barat.
Ciri-ciri utama:
· Banyak mengangkat tema adat dan konflik antara tradisi dan
modernisasi.
· Bahasa yang digunakan cenderung baku dan formal.
· Adanya pengaruh kolonialisme dalam karya sastra.
Adapun penulis dan contoh karya pada angkatan Balai Pustaka antara
lain:
Ø Azab dan Sengsara (1920)
Ø Sitti Nurbaya (1922)
Ø Tanah Air (1922)
Ø Apa Dayaku
karena Aku Seorang Perempuan (1923)
Ø Tak Disangka (1923)
2.
Angkatan
Pujangga Baru (1930-an)
Angkatan Pujangga Baru muncul
sebagai respons terhadap kemunculan nasionalisme Indonesia. Majalah Pujangga
Baru yang didirikan oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Amir
Hamzah menjadi wadah penting bagi sastrawan angkatan ini. Sastra mereka
mengusung semangat kebangsaan, kesadaran sosial, dan modernisasi yang mulai
berkembang di kalangan masyarakat Indonesia.
Ciri-ciri utama:
· Tema nasionalisme, modernitas, dan pembaruan budaya.
· Penggunaan bahasa yang lebih inovatif dan kreatif dibandingkan
dengan angkatan sebelumnya.
· Banyak mengungkapkan perasaan pribadi dan pengalaman batin.
Adapun penulis dan contoh karya pada
angkatan Pujangga Baru antara lain:
Ø Dian
Tak Kunjung Padam (1932)
· Hamka
Ø Di Bawah
Lindungan Ka'bah (1938)
Ø Habis Gelap
Terbitlah Terang (1945)
Ø Pancaran Cinta (1926)
Ø Nyanyi Sunyi (1937)
3.
Angkatan
'45 (1940-an hingga 1950-an)
Angkatan ’45 ditandai oleh situasi
Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sastrawan pada angkatan
ini, seperti Chairil Anwar, Asrul Sani, dan Rivai Apin, menghasilkan karya yang
penuh semangat perjuangan dan kebebasan. Karya mereka mencerminkan kekacauan,
penderitaan, dan harapan dalam situasi perang dan revolusi.
Ciri-ciri utama:
· Tema perjuangan, kemerdekaan, dan individualisme.
· Bahasa yang lugas dan ekspresif.
· Mengusung gaya yang lebih bebas, meninggalkan konvensi sastra lama.
Adapun penulis dan contoh karya pada
Angkatan ‘45 antara lain:
Ø Kerikil Tajam (1949)
· Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
Ø Tiga
Menguak Takdir (1950)
Ø Tanda Bahagia (1944)
· Idrus
Ø Dari Ave Maria
ke Jalan Lain ke Roma (1948)
Ø Atheis (1949)
4.
Angkatan
1966
Angkatan ini muncul setelah periode
pergolakan politik di Indonesia pada tahun 1965, yang memunculkan perdebatan
ideologi dan kebebasan kreatif. Tokoh penting seperti Taufiq Ismail, Goenawan
Mohamad, dan Sapardi Djoko Damono mencerminkan semangat anti-komunisme dan
kritik sosial terhadap Orde Lama. Banyak karya angkatan ini juga mencerminkan
kekecewaan terhadap politik dan situasi masyarakat pasca-kemerdekaan.
Ciri-ciri utama:
· Kritik sosial dan politik.
· Penggunaan simbol dan metafora dalam menyampaikan pesan.
· Bahasa yang liris dan sering kali menyentuh pengalaman pribadi
maupun masyarakat luas.
Adapun penulis dan contoh karya pada
Angkatan 1966 antara lain:
Ø Tergantung
Pada Angin (1977)
Ø Kubah (1980)
Ø Kritikus Adinan (1974)
Ø Warisan (1979)
Ø Perjalanan ke
Akhirat (1962)
5.
Angkatan
Reformasi (1990-an hingga sekarang)
Angkatan Reformasi muncul pasca
jatuhnya Orde Baru pada tahun 1998. Para sastrawan muda mulai berani
mengungkapkan kritik sosial secara lebih bebas dan terbuka. Ayu Utami, Andrea
Hirata, dan Eka Kurniawan adalah beberapa nama yang muncul pada periode ini.
Tema yang sering diangkat antara lain masalah sosial, politik, gender, dan
identitas.
Ciri-ciri utama:
· bahasa yang lebih santai dan variatif.
· Keterbukaan terhadap berbagai bentuk eksperimen dalam gaya dan tema.
· Karya yang lebih inklusif dalam mengeksplorasi tema seperti
identitas gender, seksual, dan agama.
Adapun penulis dan contoh karya pada
Angkatan 1966 antara lain:
Ø Saman (1998)
Ø Perempuan Pala (2004)
Ø Aroma Karsa (2018)
Ø Ode to Leopold Pon Sacher-Masoch (2002)
Ø Mereka bilang Saya Monyet (2002)
A. Kesimpulan
Perkembangan sastra Indonesia melalui berbagai angkatan sastrawan mencerminkan perubahan besar dalam kehidupan sosial, politik, dan budaya di Indonesia. Dari Balai Pustaka hingga Angkatan Reformasi, setiap angkatan memiliki peran penting dalam mencatat dan merefleksikan perjalanan bangsa Indonesia. Selain itu, karya-karya mereka juga tetap relevan hingga saat ini, memberikan wawasan tentang kondisi zaman dan bagaimana sastrawan berperan dalam pembentukan identitas bangsa.
Melalui pemahaman mengenai angkatan-angkatan sastrawan ini, kita dapat lebih menghargai kekayaan budaya sastra Indonesia, serta memahami kontribusi sastra dalam pembangunan karakter dan sejarah bangsa.
B. Saran
Pertama-tama semoga materi yang kami sampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Diharapkan kepada masyarakat Indonesia khususnya kepada anak muda untuk tidak melupakan sejarah Indonesia khususnya di bidang sastra karena pada zaman ini yang kami lihat anak pada zaman sekarang kurang tertarik atau bahkan tidak tahu sastra Indonesia. Semoga dengan adanya materi dari kamu dapat membantu anak muda untuk mengetauhui apa itu sastra dan siapa saja yang termasuk Angkatan Sastrawan Indonesia
Garut, 29 Oktober 2024
Ai Wulan Sulastri UulUlan:)
Komentar
Posting Komentar